Adanya beberapa perubahan pada Liga 1 mulai musim depan, sudah ditetapkan melalui kesepakatan.
Liga 1 2023/24 rencananya akan digulirkan pada Juli mendatang, dengan beberapa terobosan baru yang diharapkan memberi warna berbeda pada kompetisi kasta teratas Liga Indonesia tersebut.
Adanya sistem championship, yakni mempertemukan empat tim teratas untuk memainkan laga semi-final dan final menjadi salah satu hal yang menarik dan disorot. Selain itu, ada juga penambahan kuota pemain asing.
Dalam sebuah keputusan, tentunya ada pro kontra yang terjadi. Dalam diskusi yang diadakan Seejontor FC dengan tajuk “Liga Indonesia 2023/24, Untung Rugi Format Baru Kompetisi”.
Teddy Tjahjono selaku direktur PT Persib Bandung Bermartabat menjelaskan, bahwa ketetapan format atau regulasi baru sudah didiskusikan antarklub Liga 1. Sehingga, semua punya komitmen dan keyakinan yang sama soal hal tersebut.
“Akhirnya bahwa tercetus format kompetisi yang seperti sekarang, ditambah dengan format championship dengan empat besar. Pasti secara penglihatan publik akan ada pro kontra. Pasti di luar sistem kompetisi pasti tahu akan ada kontranya,” ucap Teddy.
“Tetapi kiga juga harus melihat sisi yang lain dari adanya format ini. Bahwa dengan adanya empat besar, artinya juara belum ketahuan sampai dengan babak championship selesai. Seperti musim lalu kan pekan ke-32 sudah ketahuan [juaranya]. Kami dari mayoritas 18 klub melihat ini suatu terobosan yang menarik yang bisa membuat sepakbola sebagai industri, tapi akan mempunyai nilai-nilai yang tinggi,” sambungnya.
Hal lainnya yang membuat tim-tim Liga 1 antusias adalah, format baru diiringi dengan janji PT Liga Indonesia Baru supaya uang kontribusi untuk klub bertambah. Selain kontribusi tetap, ada juga nilai tambah dari peringkat dan rating televisi.
“Yang terbayang oleh kita dan teman-teman pasti akan ada nilai tambah tadi [pembagian subsidi komersial ke klub]. PT LIB juga menjelaskan proyeksi ke depan dengan adanya format baru ini bahwa proyeksi ke depan dengan adanya format baru ini, memang akan ada kontribusi tetap dan kontribusi variabel berdasarkan rating dan ranking,” tutur Teddy.
Acara diskusi yang didukung Bank BRI, Bank BTN, Bank BJB, PT PLN (Persero), PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) ini juga dihadiri oleh wakil ketua umum PSSI, Zainduin Amali. Mantan Menpora itu yakin bahwa dengan ditambahnya kuota pemain asing, plus adanya kuota pemain Asia Tenggara, bisa memberi nilai plus untuk Liga 1.
“Salah satu unsur penting tentang kompetisi itu kita harus atur dengan sebaik-baiknya. Mungkin saja belum memuaskan semua pihak tetapi paling tidak tahap demi tahap kita sudah mulai tata ini.
“Bahkan untuk Liga 1, Pak Erick [Thohir, ketua umum PSSI] meminta satu di antara pemain asing itu dari ASEAN. Tujuannya adalah supaya sepakbola kita bisa mulai diketahui oleh lingkungan ASEAN. Apalagi momentum yang bagus 32 tahun kita menantikan SEA Games kemarin kita sudah lakukan,” imbuh dia.
“Jadi ini adalah hal-hal yang kemudian ke depan akan didorong. Supaya terjadi keadilan antara Liga 1, Liga 2, dan Liga 3. Kan biasanya hanya Liga 1, sedangkan Liga 2 dan Liga 3 tidak mendapatkan perhatian. Nah, oleh Pak Erick ini diberi porsi yang seimbang dan termasuk mendapatkan hak siar, dan mendapatkan siaran yang baik sehingga semuanya bisa,” tutupnya.
SeeJontor juga turut menghadirkan pengamat, yakni Yusuf Kurniawan, yang berharap adanya pembagian wilayah dalam kompetisi Liga 1. Menurutnya, format seperti itu akan lebih ‘aman’ untuk klub dari segi finansial, namun tidak mengubah nilai kompetitif.
“Kalau kompetisi ini dibagi dengan wilayah maka mereka bisa cut cost untuk traveling, konsumsi, banyak yang mereka bisa cut. Buat tv juga senang karena piramidanya juga jalan kanan-kiri, sampai ke puncaknya benar-benar klimaks,” kata sosok yang akrab disapa Bung YuKe itu.
“Kita lihat dulu Liga 1 pakai wilayah itu kan seru. Babak 8-besar baru lah digelar di Senayan. Saya kira banyak elemen yang diuntungkan dan lebih diuntungkan dengan format itu,” sambungnya.
Sementara itu, Gede Widiade yang mewakili klub Liga 2 Persiba Balikpapan, hanya berharap kompetisi kasta kedua juga mendapat perhatian yang sama dengan Liga 1.
Sosok yang pernah merasakan manisnya juara Liga 1 2018 bersama Persija Jakarta itu menggantungkan harap pada Erick Thohir, supaya bisa membuat Liga 2 tak kalah seru dan sehat untuk klub.
“Kalau kita ngomong Liga 1 enak, enak semua. Waktu saya di Liga 1 ngomong apa saja enak. Memang Liga 2 ini pelengkap, jadi kalau tokoh utamanya Liga 1, Liga 2 ini figuran, dan itu yang tidak disadari oleh teman-teman di federasi [PSSI],” ucap Gede.
“Sekarang mau di model apa pun, tadi dengan model sistem kompetisi yang mau diubah apapun. Jadwalnya diperpanjang, jumlah pertandingannya diperpanjang, bagi Liga 1 manis, bagi PSSI manis, bagi pasar manis semua. Tapi bagi Liga 2, diperpanjang ngos-ngosan mati di tengah jalan.
“Saya sangat berharap bahwa ke depan ini pasti bagus. Jadi di eranya Pak Erick Thohir yang potensi bisnisnya bagus, ada kompetisi lagi yang lebih liar lagi [Liga 2],” tutupnya.
Baca Juga Seputar Bola : Mavericksystemscorp.com